18 Februari 1344 silam lahirnya suatu daerah yang kita sebut Sidenreng Rappang yang seluruh wilayah nya adalah daratan tanpa perairan laut meskipun memiliki dua danau yaitu danau Sidenreng dan sebagian danau tempe. Dengan kondisi geografis ini menguntungkan bagi masyarakatnya dalam hal pertanian, perkebunan dan peternakan, sehingga Kab. Sidenreng Rappang yang disingkat Sidrap ini dikenal sebagai salah satu lumbung padi terbesar di Sulawesi Selatan bersama kabupaten bone dan kabupaten wajo. Dr. Ir. Nasrullah, M.Sc (Dirjen PKH) mengatakan bahwa kabupaten Sidrap menjadi salah satu penghasil telur ayam ras se-Indonesia Timur. Kabupaten Sidrap juga dikenal dengan adanya Pembangkit Listrik Tenaga Bayu nya yang di resmikan oleh presiden Jokowi dodo pada tahun 2018 silam. Dan beberapa hal-hal positif lainnya sehingga daerah ini bisa kenal luas.

Selain dari beberapa hal-hal positif ini yang sehingga kabupaten Sidrap bisa dikenal masyarakat luas juga memiliki kekurangan yang sangat mencolok sehingga masyarakat lebih mengenal hal tersebut dari pada prestasinya. Hal yang penulis maksud adalah tingginya tingkat kriminalitas yang sangat mudah menyebar di daerah ini. Entah apa yang membuat hal ini dapat dengan mudah masuk dan menyebar di kabupaten Sidrap, apakah memang karena faktor masyarakat nya yang lihai dalam aksi nya kriminalitator atau pihak seragam cokelat yang terkadang khilaf dalam melaksanakan tugas, atau hal-hal lain yang hanya Tuhan dan mereka yang tahu.

Kemudian berbicara persoalan pendidikan, kabupaten Sidrap merupakan salah satu daerah yang menerapkan pendidikan gratis, sehingga tidak ada alasan lagi bagi generasi penerus untuk tidak menempuh pendidikannya. Meskipun hanya sampai tingkat Sekolah Menengah Atas, setelah tamat apakah masih ada minat untuk melanjutkan pendidikan mereka? Sesuai fakta lapangan yang penulis temui minat berkuliah pemuda daerah ini mulai redup dikarenakan mereka sudah mendapatkan sarana penghasilan materi yang lebih “instan”. Sehingga mengkonstruk pemikiran mereka untuk lebih baik menjalani sesuatu yang pasti ketimbang melanjutkan pendidikan selama ±4 tahun. 

Di bandingkan sekolah-sekolah umum, kabupaten sidrap juga memiliki banyak pondok pesantren yang tersebar hampir di seluruh kecamatan yang ada. Bahkan santri-santri ponpes ini bukan hanya berasala dari Sidrap saja melainkan dari berbagai daerah di luar Sidrap. Lantas mengapa keberkahan daerah ini yang sudah mengalami ±9 kali pergantian bupati secuil demi secuil mulai diangkat oleh puang Allahta’ala?(yang penulis rasakan) berbeda dengan beberapa tahun kebelakang. Apakah juga karena perkembangan teknologi yang begitu pesat? Yang membuat beberapa pekerjaan berat sudah tidak disertai dengan gotong royong lagi disebabkan karena adanya teknologi yang memudahkan pekerjaan. Sawah-sawah maupun lokasi perkebunan sudah hampir tidak ditemui adanya perkumpulan petani maupun sanak keluarga yang saling bergotong royong, bahu membahu dan tolong menolong menanam atau memanen padi. Karena sudah ada traktor dan alat menanam padi yang lebih mudah dan cepat menyelesaikan pekerjaan. 

Siapa yang sebenarnya bertanggung jawab untuk mengatasi dalam menghadapi problematika ini? Tentunya seluruh masyarakat Sidrap terkhusus pemuda-pemudi yang pada dasarnya sebagai generasi penerus untuk perkembangan daerah ini. Dan sebenarnya, jawaban dari permasalahan ini sudah ada dalam genggaman setiap pemuda yang ada di Sidrap, tinggal bagaimna supaya mengaktualisasikan dan mengimplementasikan jawaban tersebut!!!

Di HUT kabupaten sidrap saya menulis tulisan ini hanya sebagai bentuk kritikan dan saran terhadap daerah tercinta, sebelum terlambat mari perbaiki.

Selamat Memperingati Hari Ulang Tahun Kabupaten Sidrap yang ke 680 Tahun

“Resopa Temmangingngi Na Malomo Na Letei Pammase Dewata”

Ditulis Oleh Muh. Sukri

Ketua II IPMI PUSAT SIDRAP Periode 2025-2027

Tinggalkan komentar