Kerajaan Sidenreng dan Rapppang adalah dua kerajaan kembar yang diperintah oleh dua orang raja kakak beradik. Oleh karena itu, dua Kerajaan tersebut tidak memiliki batasan tegas yang dapat memisahkannya. Kini, kedua kerajaan tersebut telah menjadi Kabupaten Sidenreng Rappang atau bagi masyarakat Sulawesi Selatan lebih mengenalnya dengan singakatan Kabupaten Sidrap.

Perbedaan Orang Sidenreng dan Rappang

Dalam manuskrip Lontara’ Sidenreng-Rappang, hanya menggambarkan bahwa penduduk di Kerajaan Sidenreng dan Rappang hanya dapat dibedakan saat panen padi, yang memanen padinya ke arah utara itulah rakyat Rappang, sementara yang memanen padinya ke arah selatan itulah rakyat Sidenreng.

Selain itu, kedua rajanya juga pernah berikrar:
“Mate ele’i Rappang, mate aruwengngi Sidenreng. Mate aruwengngi Rappang, mate ele’i Sidenreng”.

Artinya, apabila rakyat Rappang meninggal ketika pagi hari, maka rakyat Sidenreng meninggal di sore hari. Sebaliknya, apabila rakyat Rappang meninggal ketika sore hari, maka rakyat Sidenreng meninggal di pagi hari.

Asal-Usul Nama Sidenreng – Rappang

Nama Sidenreng untuk pertama kalinya diberikan oleh sekelompok orang yang dipimpin oleh delapan orang bersaudara dari Sangalla Tana Toraja yang hijrah meninggalkan daerahnya akibat kezaliman rajanya. Adapun nama-nama delapan orang bersaudara tersebut diantara:

  1. La Wewanriu,
  2. La Togelipu,
  3. La Pasampoi,
  4. La Pakolongi,
  5. La Pababbari,
  6. La Panaungi,
  7. La Mappasessu, dan
  8. La Mappatunru.

Akan tetapi, jika kita menilik nama-nama delapan bersaudara itu, tidak berciri Toraja, maka diduga mereka bukanlah penduduk Sangalla asli (Etnis Toraja), melainkan mungkin berasal dari Kerajaan Luwu. Ini diperkuat oleh sebuah sumber yang mengatakan bahwa Sangalla dahulu pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Luwu.

Danau Sidenreng

Sidenreng
Pemberian nama Sidenreng adalah untuk memperingati peristiwa mula pertama kedatangan mereka ditempat itu, dengan cara saling bergandengan tangan (Sirenreng-renreng atau sirenreng dalam bahasa Bugis). Dari kata Sirenreng-renreng inilah yang kemudian mengalami proses morfologi menjadi sirenreng dan akhirnya menjadi sidenreng. Mereka masuk ke danau untuk mandi dan mengambil air (Danau itu kini dikenal dengan nama Danau Sidenreng). Dari peristwia itu maka wilayah tersebut diberi nama Sidenreng.

Namun, orang Bone, Soppeng dan Wajo menyebut tempat itu dengan nama TanaE Ajatappareng. Artinya, daerah yang berada di sebelah barat Danau Sidenreng (dalam bahasa Bugis, danau disebut tappareng, sementara barat disebut aja atau riaja).

Di daerah Ajatappareng ini kemudian terbentuk lima kerajaan-kerajaan lokal, yaitu Sidenreng, Rappang, Sawitto, Suppa, dan Alitta. Kerajaan-kerajaan inilah yang sesungguhnya disebut LimaE Ajatappareng. Sekarang LimaE Ajatappareng ini nampaknya diperluas wilayahnya yang meliputi bekas Afdeling Pare-Pare, yakni Kabupaten Barru, Kota Pare-Pare, Kabupaten Pinrang, dan Kabupaten Sidenreng Rappang.

Selanjutnya mengenai Rappang, kota Rappang berasal dari kata Rappeng. Dahulu sungai yang mengalir di Rappang sangat lebar dan bagian hulunya hutan belukar yang lebat. Apabila turun hujan maka dahan-dahan itu hanyut dan membentuk daratan, itulah yang disebut rappeng-rappeng (dahan atau ranting yang hanyut). Kemudian membentuk tempat pemukiman.

Asal-Usul dan Masa Pemerintahan Kerajaan Sidenreng-Rappang

Sidenreng dan Rappang kemudian menjadi dua kerajaan kembar. Menurut Lontara’ Sidenreng dan Rappang, kedua saudara memerintah di dua kerajaan ini berasal dari Sangalla, Toraja. Meskipun adapula versi lain yang mengatakan bahwa berasal dari To Manurung (sosok manusia yang turun dari langit/tidak diketahui asal-usulnya) seperti halnya cerita-cerita kemunculan berbagai kerajaan lokal di Sulawesi Selatan.

Diceritakan bahwa setelah La Maddarammeng serta kedelapan saudaranya telah meninggal, maka salah satu seorang anaknya yang bernama Balopattina bersama istrinya Datupattila menyusul ke Sidenreng, tetapi setelah mengetahui bahwa orang tuanya sudah tidak ada lagi, maka ia memutuskan untuk tinggal di Rappang, di sanalah ia melahirkan dua orang anak yaitu, La Mallimbureng, We Tipu Uleng.

La Mallimbureng lah kemudian yang diangkat menjadi raja pertama Sidenreng dengan gelar Addatuang Sidenreng. Sedangkan We Tipu Uleng dinobatkan menjadi raja pertama di Rappang dengan gelar Arung Rappang. Sementara versi To Manurung mengatakan bahwa Addatuang pertama Sidenreng ialah Manurungnge ri Bululoa, dan Arung pertama di Rappang adalah We Tipu Uleng.

Tinggalkan komentar