Kuala Terengganu, Malaysia – Universiti Sultan Zainal Abidin (UniSZA) bersama Southeast Asia Academic Mobility (SEAAM) menggelar pertemuan terbatas untuk memfinalisasi penyelenggaraan International Student Symposium on Frontiers of Southeast Asia Studies (ISOFSEAS) 2025. Pertemuan berlangsung dalam suasana hangat dan kolaboratif bersama jajaran Timbalan Naib Canselor (TNC) UniSZA, menandai babak penting dalam penguatan jaringan akademik Asia Tenggara.
ISOFSEAS 2025 dirancang sebagai forum ilmiah tahunan yang menghadirkan para akademisi dan mahasiswa dari berbagai negara untuk mendiskusikan isu-isu kontemporer Asia Tenggara, mulai dari sejarah, budaya, hingga dinamika sosial dan politik kawasan. Rangkaian simposium akan berlangsung di kampus UniSZA pada 24 Oktober hingga 3 November 2025, dengan agenda pembuka berupa kunjungan ke Kuala Lumpur sebagai pengenalan awal bagi peserta internasional.
Selain agenda simposium, pertemuan ini juga menyepakati pelaksanaan program student mobility, sebagai bentuk keterlibatan aktif mahasiswa dalam pengalaman akademik lintas negara. Program ini bertujuan memperkuat pemahaman lintas budaya, kemampuan adaptasi, dan kolaborasi internasional—kompetensi penting di era globalisasi.
Penggagas inisiatif, Ismail Suardi Wekke, menyebut ISOFSEAS 2025 sebagai manifestasi komitmen bersama SEAAM dan UniSZA untuk membangun ekosistem akademik regional. “Kami tidak hanya menyelenggarakan simposium; kami membangun ekosistem akademik lintas negara,” ujarnya. Ia juga mengapresiasi dukungan penuh pihak UniSZA, terutama jajaran TNC, atas fasilitasi teknis dan akademik yang diberikan.
ISOFSEAS 2025 dan program student mobility ini diharapkan menjadi simbol kebangkitan kolaborasi keilmuan di Asia Tenggara, memperkuat identitas regional, serta mencetak generasi pemikir muda yang kompeten dan berwawasan global.


