lapagala.com — Aksi unjuk rasa yang berlangsung di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, pada Kamis (28/8) berujung ricuh dan memakan korban jiwa. Seorang pengemudi ojek online (ojol) dilaporkan meninggal dunia setelah terlindas kendaraan taktis (rantis) Brimob di kawasan Pejompongan.
Peristiwa tragis ini terjadi saat massa ojol dan mahasiswa yang sebelumnya melakukan demo di depan Gedung DPR, dipukul mundur oleh aparat keamanan. Kericuhan meluas hingga ke kawasan Pejompongan, di mana bentrokan fisik antara demonstran dan polisi tidak dapat terhindarkan.
Menurut saksi mata di lokasi, mobil taktis Brimob yang sedang berusaha membubarkan massa tiba-tiba melaju kencang. Dalam video yang viral di media sosial, terlihat mobil tersebut menabrak dan melindas seorang pengemudi ojol yang berada di tengah kerumunan. Korban, yang diidentifikasi sebagai Moh Umar Amirudin, langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Pelni Petamburan, namun nyawanya tidak dapat tertolong.
GELOMBANG PROTES AKAN MEMBESAR
Kabar duka ini sontak menyulut kemarahan massa ojol lainnya. Mereka beramai-ramai mendatangi Markas Brimob di Kwitang, Jakarta Pusat, menuntut pertanggungjawaban atas insiden tersebut. Tidak hanya itu, insiden ini juga memicu reaksi keras dari kalangan mahasiswa.
Beberapa jam setelah kejadian, berbagai aliansi mahasiswa dari universitas di makassar dan sekitarnya langsung menggelar rapat konsolidasi. Mereka mengecam tindakan represif aparat dan menyatakan solidaritas penuh terhadap para pengemudi ojol. Menanggapi insiden tersebut, mereka mengumumkan akan turun ke jalan dengan gelombang massa yang lebih besar pada Jumat, 29 Agustus 2025. Aksi ini direncanakan sebagai bentuk protes atas kekerasan aparat dan tuntutan agar pelaku dihukum seadil-adilnya.
Salah satu aktivis mahasiswa di Makassar, Ali Santo, menyatakan bahwa kematian pengemudi ojol adalah pukulan berat bagi gerakan rakyat.
“Tragedi ini membuktikan bahwa aparat masih mengedepankan kekerasan ketimbang dialog. Besok, kami akan turun ke jalan dengan jumlah massa yang lebih besar untuk menuntut keadilan bagi korban. Negara harus bertanggung jawab,” tegas Ali Santo.
Pihak kepolisian masih belum memberikan keterangan resmi terkait insiden ini. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah meminta maaf secara terbuka dan berjanji akan menindaklanjuti kasus ini dengan transparan. Namun, hal itu tidak cukup meredam amarah publik. Massa ojol berjanji akan terus bertahan di lokasi sampai ada kejelasan dari tuntutan mereka, termasuk pertanggungjawaban dari oknum polisi yang terlibat dalam insiden tersebut.
Insiden ini menjadi catatan kelam dan menyoroti kembali pentingnya penanganan demonstrasi yang humanis dan profesional oleh aparat. Semua mata kini tertuju pada hari esok, menunggu bagaimana respons pemerintah dan aparat keamanan dalam menghadapi gelombang aksi besar yang dipicu oleh tragedi ini.


